Imbalance Hero

Imbalance Hero
Sand King

Jumat, 21 Oktober 2011

Resensi Buku Sisy

PENDAHULUAN
a. Isi Novel Novel ini berisikan tentang cerita seorang cewek yang mencintai seorang cowok alias atasannyasendiri. Mereka berdua menjalin cinta tanpa ada yang tahu (backstreet). Lama-kelamaan merekaingin jujur kepada semua orang terutama kepada ayah si cewek dan akhirnya ayahnyamenyetujui hubungan mereka.

b. Tujuan Pengarang
• Menuliskan imajinasi yang ada dipikiran pengarang dan mengembangkan cerita itu ke dalamsebuah paragraf (sebuah buku)
• Memberikan efek emosional, membuat seseorang termotivasi bahkan terhibur

c. Tujuan Penyusunan Novel
• Untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia
• Untuk menambah wawasan dan mengasah kemampuan untuk membuat resensi
• Untuk melatih diri dalam bekerja dan kami ingin memberitahukan kepada seluruh masyarakat tentang isi novel ini layak atau tidak untuk dibaca

d. Manfaat Novel Novel ini bermanfaat bagi semua masyarakat khususnya para remaja. Selain itu, untuk mengetahui cerita kehidupan sehari-hari para remaja.
e. Audiens (Sasaran) Novel ini ditujukan untuk masyarakat luas dari bawah, menengah, dan atas. Khususnya para remaja, para siswa SMA, dan mahasiswa

f. Sistematika Novel Novel ini tersusun secara sederhana, dimulai dari pembuka cerita, isi cerita, dan penutup ceritag. Dari Segi Kebahasaan dan EjaanDilihat dari segi bahasa, sebenarnya pengarang novel ini belum seluruhnya menggunakan BahasaIndonesia. Masih banyak kata ejaan atau bahasa asing.



PEMBAHASAN
SinopsisSissy cewek imut yang demen banget ngubah nama orang ini bekerja sebagai sekretaris di perusahaan milik papanya. Untuk urusan ‘keras kepala’, dia memang benar-benar mirip papanyayang otoriter. Kenyataan bahwa dia orang kaya menjadi rahasia Sissy dan Dira. Dira adalahkakak Sissy yang bekerja juga di perusahaan milik papanya sebagai Direktur Utama. Dira adalahanak kebanggaan sang papa. Papanya selalu tidak setuju dengan calon suami yang anak-anaknya pilih karena papanya tidak mau ‘calon suami’ anaknya Cuma mengincar hartanya. Itu yangmembuat Dira dan Sissy selalu bertentangan dengan ayahnya.Di tepi jalan, hak sepatu Sissy sebelah kirinya terjepit di sela-sela jeruji besi penutup selokan.Dia berusaha terus supaya sepatunya ias lepas sampai ada seorang cowok cakep yang langsungikut jongkok dan mencoba menarik sepatu Sissy yang terjepit dan akhirnya sepatu itu berhasillepas. Spontan, Sissy langsung memeluk si lelaki penolong itu dan bergegas pergi tanpa bilangterima kasih karena Sissy takut terlambat meeting.Ternyata, cowok itu sekantor sama dengan Sissy, Cuma lain divisi. Nama cowok itu Sebastian.Sissy sampek ngumpet-ngumpet segala untuk menghindari ‘sang cowok penolong’ karena maludan pake acara menunduk sampek tersandung pot bunga segala. Malangnya, dia malahdimutasikan jadi sekretaris Sebastian.Sejak awal Sissy bersikap sangat formal terhadap bos barunya itu, layaknya atasan dengan bawahan. Tapi gara-gara terlalu kaku, kadang Sissy melakukan hal-hal konyol di tempat kerjadan bersikap salting (salah tingkah). Tapi lama-kelamaan Sissy capek harus bersikap kaku setiaphari tanpa bercanda dan berceloteh. Itu membuat Sissy dan Sebastian menjadi akrab, bukanseperti atasan dan bawahan. Mereka sering makan bareng, jalan bareng, dan menghadiri pesta bareng.Ujung-ujungnya mereka berdua malah merasakan falling in love dan mereka berdua pacaran.Mereka menjalin hubungan backstreet (tidak diketahui siapapun) termasuk Dira kakaknyasendiri. Di kantor mereka berdua mencoba menjauh satu dengan yang lain. Setelah lamamenjalin hubungan cinta, Sissy ingin memberi tahu Sebastian siapa sebenarnya dia. Sissymemberi tahu kalau dia adalah anak pemilik perusahaan yaitu Pak Sadewo. Reaksi Sebastiansangat kaget dan bingung tetapi dia tidak ingin meninggalkan Sissy. Dia rela apabila harus berhenti kerja.Hampir delapan bulan sejak mereka berpacaran, Sebastian hanya bertemu sekali dengan Pak Sadewo di kantor. Suasananya sangat formal dan menahan dorongan kuat untuk mengatakan bilaSissy dan Sebastian menjalin hubungan. Sissy mulai terbuka tentang hubungannya denganSebastian yang semakin serius itu ke mama dan Dira.Sissy dan Dira menjadi tuan rumah dalam acara launching website galeri dan pengalihan pimpinan operasional galeri dari tante Mirna yang akan melahirkan, digantikan Sissy. Di tengahkerumunan undangan, nampak Pak Sadewo juga hadir. Kemudian Sebastian ias g bersamaAlex. Sissy langsung menghambur memeluk hangat Sebastian. Pak Sadewo terhenyak melihatmereka berdua.23.2. Identitas Buku


a. Judul Buku : Sisi Cinta Sissy
b. Jenis Buku : Fiksic.
Pengarang : Lusi Wuland. Penerbit : Puspa Swara, Anggota IKAPIe. Cetakan : I- Jakarta, 2006.
Halaman Buku : 160 halaman.
Panjang dan Tebal Buku : 20 cm ; 0,5 cmh.
Jenis Kertas : Quartoi.
Harga Buku : Rp 24.900,00

Isi Resensia. Susunan Penyajian Novel yang berjudul Sisi Cinta Sissy ini dalam penyajiannya sudah cukup baik sebagai bacaan para remaja.Dimulai dari pembukaan cerita sampai penutup cerita sudah baik karena dari satu cerita ke ceritalainnya tidak bertele-tele atau menyambung. Dan uniknya lagi pengarang dapat mengajak pembaca untuk berfikir akhir dari cerita novel itu.
b. Gaya Bahasa Pengarang menggunakan bahasa yang tidak baku supaya masyarakat umum, khususnya pararemaja mudah mengerti dari isi novel ini. Dan terdapat bahasa Inggris.
c. Hal-hal yang menarik dari novel Novel ini ias menarik perhatian para pembaca.Dari setiap bagian cerita ke bagian cerita yanglain ias membuat penasaran para pembaca dan para pembaca ingin cepat menyelesaikanmembaca novel ini dan mengetahui akhir cerita.
d. Kelemahan Novel
• Isi cerita dari novel ini tidak sempurna (jalan cerita agak rumit ) karena pengarang tidak menyelesaikan akhir dari cerita sehingga para pembaca harus memikirkan akhir cerita novel ini sendiri.
• Terlalu banyak bahasa asing
• Harga novel terlalu mahale.

Kelebihan Novel
• Cover (sampul) novel sangat menarik
• Kertas novel menggunakan kertas quarto
• Perwatakan tokoh mudah dimengerti
• Menceritakan kehidupan para remaja sekarang

Menurut saya, novel ini tidak patut untuk dibaca/ dimiliki karena isi cerita dari novel ini tidak sempurna (jalan cerita agak rumit) dan akhir dari cerita novel ini tidak selesai sehingga pembacaharus menebak-nebak akhir cerita itu sendiri.

4. Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik

A. Unsur Instrinsik
1. Tema : Percintaan
2. Alur : Maju Mundur
3. Bahasa : Bahasa Indonesia tidak baku dan Bahasa Asing
4. Penokohanan.

a. SissyBandel : Oya, dan sepeti biasa Mama titip pesan ke kamu supaya nurut sama kakaknya dan papanya, kerja yang benar, jangan bandel kayak yang sudah-sudah dan jangan pacaran melulu..”ujar Dira nyengir. (halBnyak akal : Sekali lagi namanya juga sekantor, biar selihai bagaimanapun menghindar-hindar,tetap aja ada kemungkinan ‘kepergok’ (hal 13)Periang : “Dan kamu wanita, tanpa ragu jongkok di tepi jalan, memberi ucapan terima kasihdengan sangat tulus…, dan sangat riang…, tidak perlulah dianggap sebagai hutang. (hal 23)Lucu : Oya, satu lagi yang menggemaskan dari diri perempuan itu, celotehnya yang lucu dan apaadanya….(hal 58)

b. RonanaLatah : Ronan yang latah ikutan mengelus-elus jidatnya yang mulus-mulus aja tidak ada benjol,hanya sedikit kerut efek dari penuaan dini. (hal 5)Genit : Iiiiih… Ronana genit!” seru Sissy dengan meniru gaya centil Ronan. (hal 5)

c. DiraUsil : “Siapa yang bilang kamu goblok…, penyalit menahun… hihihi…” celetuk Dira asal. (hal9)Tegas : “Ingat Sy, jangan sampai timbul gosip atau apal ias gng tidak mengenakkan di kantor initentang salah satu dari kita. (hal 15)Emosi : Baginya, Rizal selalu dapat memberinya ketenangan, sementara dirinya adalah orangyang gampang meledak. (hal 46)

d. SebastianBaik : “Tanpa menunggu jawaban Sissy yang tak berkedip mendongakkan wajah tinggi sekali, pria ini langsung ikut jongkok dan mencoba menarik sepatu Sissy yang terjepit. (hal 10)Perhatian : “Obatnya diminum dulu ya, biar sakitnya agak reda” ucap Sebastian sambilmenyodorkan obat dan air putih kepada Sissy. (hal 19)Kalem : Sebastian menjawab kalem, menenangkan Dira yang super heboh. (hal 20)4Ramah : Novi blak-blakan kepada Sebastian, karena Sebastian selalu bersikap simpatik danramah kepadanya. (hal 56)

e. MelvianaTomboi : “Hahaha… syukurin! Makanya, udah ditolongin tuh bilang terima kasih, jangan malahngibrit, coy!” komentar Melvi, sepupu Sissy yang tomboi. (hal 14 ias gf. WiwidUsil : “Wah belum seminggu kerja bareng, sudah ada panggilan kesayangan nih,” celetuk Wiwiddari bagian HRD, teman terdekatnya di kantor, sambil cengar-cengir. (hal 15)
Kalem : “Kenapa kamu ini?” Wiwid bertanya kalem, lengkap dengan logat Jawanya. (hal 24)
g. EvaTukang gosip: Bersamaa ias ggan itu, Eva, cewek yang hobi membicarakan ‘sosok menonjol’dimanapun dan kapanpun sejauh matanya bisa memandang. iasl 23)
h. Pak SadewoOtoriter : Ketika papnya menyetujui mereka, keadaan tidak bertambah lebih baik. Banyak syaratdan tuntutan atas dirinya. (hal 29)
i. RizalPerhatian : Rizal mengelus punggung Dira menenangkan pacarnya itu. (hal 45)
j. TobiasPetualang : Tentunya ia berkeliling ke berbagai tempat di tanah air sampai ke negara-negara lain.(hal 39)Usil : “Ayolah…wajahmu itu nggak bisa berbohong, iassy sayang… Aku ngg ias ga tidur kala iaslang wajahmu masih seperti ini.” (hal 41)
k. NoviIngin tahu : “Hah, mereka ngapain aja?” Novi menjadi tertarik kalau membicarakan pegawaikeren seperti Sebastian. (hal 51)
l. AlexSuka hura-hura: “Itu memang ulah Alex. Orangnya suka hura-hura. (hal 30)
m. MamaPerhatian : Mama khawatir lihat Dira kuyu seperti itu. (hal 69)Baik : “Sudahlah Sy. Mama hidup hanya untuk kalian, jadi yang menjadi masalah kalian,otomatis menjadi masalah mama juga.” (hal 72)

5. Amanat

• Sayangilah diIimu, beri ia kesemIatan untuk menjadi yang semestinya ia inginkan. Life isnothing but being yourself.
• Terkadang cinta tidak harus memiliki
• Pilihan itu segala ada tetapi siap atau tidak kita menanggung resiko dari pilihan yang kita buatitu, karena kadang kita dihadapkan pada pilihan yang terlalu sulit.

6. Setting

a. Tempat : kantor, rumah Sissy, tepi jalan, kantin, lobi, rumah Dira, rumah Sebastian, hotel,coffe shop, cafe, stasiun, restoran, pantai, daerah Semanggi, dapur, studio, lapangan, dan galeri
b. Waktu : pagi, siang, sore, dan malamc. Suasana : sepi, ramai, sedih, gembira, takut, panik, haru, dan tegang

7. Sudut Pandang : orang pertama


B. Unsur Ekstrinsik

1. Sosial AgamaDilihat dari segi nama, pengarang merupakan seorang muslim
2. Sosial EkonomiKeadaan ekonomi pengarang tergolong menengah ke atas karena dilihat dari segi cerita yang adadalam novel. Disamping itu, gaya bahasa yang digunakan juga menunjukkan status sosialnya.
3. Sosial BudayaPengarang merupakan seorang yang tekun bekerja. Pengarang menempatkan karirnya diposisi pertama tapi itu didukung oleh papa dan mamnya.
4. Biografi PengarangLusi Wulan. Cewek 26 tahun, single, breakable (!), dan sedang mengalami a quarter life crisis.Berangan-angan menghabiskan malam dengan menulis dan menatap bintang di Bali Selatan(masih ada bintangkah di sana?). Tumbuh di Malang, lalu pindah ke Yogya. Karier menulisnyadimulai awal 2004 saat kepala nyut-nyut kalau tidak bisa menulis. L iasan, juara 2 di sebuahlomba menulis fiksi langsung didapatnya. Kepercayaan dirinya terus naik hingga novel keduanyaterpilih untuk diterbitkan. Saat ini, bekerja di perusahaan swasta dan getol mengumpulkan duituntuk rencana hidup terbesarnya…sedikit bersenang-senang dan membangun khayalan di ataskenyataan untuk terus bikin kepala nyut-nyutan.


6. PENUTUP

4.1 Kesimpulan Novel ini berisikan tentang cerita seorang cewek yang mencintai seorang cowok alias atasannyasendiri. Mereka berdua menjalin cinta tanpa ada yang tahu (backstreet). Lama-kelamaan mereka berdua ingin jujur kepada semua orang terutama kepada ayah si cewek dan akhirnya ayahnyamenyetujui hubungan mereka.Cerita dalam novel ini memberikan gambaran tentang betapa pentingnya restu orang tua didalam suatu hubungan. Ini merupakan permasalahan kehidupan cinta anak remaja sekarang.

4.2 Saran
1. Redaktur Penerbit seharusnya mengadakan launching kumpulan novel-novel terbaru karya satrawan mudaagar lebih dikenal masyarakat
2. Pengarang
• Pengarang seharusnya mencantumkan data diri lengkap agar pembaca mudah memahami latar belakang kehidupan pengarang
• Pengarang seharusnya memperjelas akhir dari cerita novelnya supaya lebih dimengerti oleh pembaca.
3. Pembaca
• Pembaca supaya mau membaca dan memahami maksud dari isi cerita dari pengarang
• Pembaca dituntu untuk mengambil segi positif yang ada di dalam novel


7. DAFTAR PUSTAKA
Wulan, Lusi. 2006. Sisi Cinta Sissy. Jakarta: Puspa Swara


8. RESENSI KARYA SATRA
“ Sisi Cinta Sissy

Pengertian Resensi

A. Pengertian Resensi.

Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya, baik itu buku, novel, majalah, komik, film, kaset, CD, VCD, maupun DVD. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Yang akan kita bahas pada buku ini adalah resensi buku. Resensi buku adalah ulasan sebuah buku yang di dalamnya terdapat data-data buku, sinopsis buku, bahasan buku, atau kritikan terhadap buku.

Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku. Tindakan meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas.

Ada yang berpendapat bahwa minimal ada tiga jenis resensi buku.

1. Informatif, maksudnya, isi dari resensi hanya secara singkat dan umum dalam menyampaikan keseluruhan isi buku.
2. Deskriptif, maksudnya, ulasan bersifat detail pada tiap bagian/bab.
3. Kritis, maksudnya, resensi berbentuk ulasan detail dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi biasanya kritis dan objektif dalam menilai isi buku.

Namun, ketiga jenis resensi di atas tidak baku. Bisa jadi resensi jenis informatif namun memuat analisa deskripsi dan kritis. Alhasil, ketiganya bisa diterapkan bersamaan.

B. Unsur-unsur Resensi

Daniel Samad (1997: 7-8) menyebutkan unsur-unsur resensi adalah sebagai berikut:

1. Membuat judul resensi

Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan, tidakharus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai. Yang perlu diingat, judul resensi selaras dengan keseluruhan isi resensi.

2. Menyusun data buku

Data buku biasanya disusun sebagai berikut:

a. judul buku (Apakah buku itu termasuk buku hasil terjemahan. Kalau demikian, tuliskan judul aslinya.);

b. pengarang (Kalau ada, tulislah juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera pada buku.);

c. penerbit;

d. tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa);

e. tebal buku;

f. harga buku (jika diperlukan).

3. Membuat pembukaan

Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut ini:

a. memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh;

b. membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain;

c. memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;

d. memaparkan keunikan buku;

e. merumuskan tema buku;

f. mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku;

g. mengungkapkan kesan terhadap buku;

h. memperkenalkan penerbit;

i. mengajukan pertanyaan;

j. membuka dialog.

4. Tubuh atau isi pernyataan resensi buku

Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal di bawah ini:

a. sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis;

b. ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya;

c. keunggulan buku;

d. kelemahan buku;

e. rumusan kerangka buku;

f. tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit);

g. adanya kesalahan cetak.

5. Penutup resensi buku

Bagian penutup, biasnya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa.

Jumat, 30 September 2011

Siapa Saya

Saya yang dilahirkan disebuah kota yang cukup besar di Indonesia, sebuah kota yang merangkai ukiran cerita tentang masa kecil saya. Detik demi detik waktu telah saya lalui hingga sampai di masa sekarang, sekarang tiba waktunya bagi saya untuk melewati salah satu episode dalam kehidupan ini disebuah kota yang pasti semua orang Indonesia tahu nama kota ini karena kota ini adalah ibukota dari Indonesia.

Di masa kecil saya, saya begitu menikmatinya. Sebagaimana anak – anak seusia saya pada umumnya. Yang tidak pernah memikirkan apa pun. Tidak pusing memikirkan kuliah dan sebagainya. Tidak terasa sekarang umur saya hampir menginjak 20 tahun. Rasanya seperti baru kemarin saya masuk di sekolah dasar.

Di masa sekarang ini saya berada ditengah-tengah orang-orang yang sangat peduli terhadap saya, sering menasehati dan mengajakan ke arah kebaikan. Seiring berjalannya waktu banyak pelajaran dan ilmu yang saya terima, dan tentu saja itu banyak saya dapat di tempat saya menimba ilmu yaitu Universitas Gunadarma.

Hingga tahun ke 3 saya belajar disini sudah banyak sekali ilmu yang saya dapat. Tetapi tidak banyak juga mungkin yang tidak menempel di otak saya. Saya memilih Universitas Gunadarma karena lokasi nya dekat dengan tempat tinggal saya. Meskipun saya bisa mendapatkan Universitas yang lebih bagus dari Gundarma sekalipun, tidak akan saya ambil kalau tidak dekat dari tempat tinggal saya.

Jadi ketika kita bertanya siapa saya ? Saya mahasiswa tingkat 3, bukan mahasiswa yang baru kemarin msk kuliah, saya sudah 20 tahun, bukan lagi remaja.
Saya mahasiswa tingkat 3, liburan semester ini saya sudah mulai kerja praktek, liburan semester 7 saya akan KKN, dan semester 8 saya akan mengerjakan Tugas Akhir.
Saya mahasiswa tingkat 3, satu tingkat lagi sempurna sudah tugas saya menjadi mahasiswi S1, satu tingkat lagi saatnya idealisme yg terbangun bukan lg menjadi paham,tp action.dan akan saya ingat. Satu tingkat lagi.

Deduktif dan Induktif

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

Metode dalam menalar
Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif.
Metode induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.
Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
Kedua penalaran tersebut di atas (penalaran deduktif dan induktif), seolah-olah merupakan cara berpikir yang berbeda dan terpisah. Tetapi dalam prakteknya, antara berangkat dari teori atau berangkat dari fakta empirik merupakan lingkaran yang tidak terpisahkan. Kalau kita berbicara teori sebenarnya kita sedang mengandaikan fakta dan kalau berbicara fakta maka kita sedang mengandaikan teori (Heru Nugroho; 2001: 69-70). Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu ujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.
Upaya menemukan kebenaran dengan cara memadukan penalaran deduktif dengan penalaran induktif tersebut melahirkan penalaran yang disebut dengan reflective thinking atau berpikir refleksi. Proses berpikir refleksi ini diperkenalkan oleh John Dewey (Burhan Bungis: 2005; 19-20), yaitu dengan langkah-langkah atau tahap-tahap sebagai berikut :
• The Felt Need, yaitu adanya suatu kebutuhan. Seorang merasakan adanya suatu kebutuhan yang menggoda perasaannya sehingga dia berusaha mengungkapkan kebutuhan tersebut.
• The Problem, yaitu menetapkan masalah. Kebutuhan yang dirasakan pada tahap the felt need di atas, selanjutnya diteruskan dengan merumuskan, menempatkan dan membatasi permasalahan atau kebutuhan tersebut, yaitu apa sebenarnya yang sedang dialaminya, bagaimana bentuknya serta bagaimana pemecahannya.
• The Hypothesis, yaitu menyusun hipotesis. Pengalaman-pengalaman seseorang berguna untuk mencoba melakukan pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Paling tidak percobaan untuk memecahkan masalah mulai dilakukan sesuai dengan pengalaman yang relevan. Namun pada tahap ini kemampuan seseorang hanya sampai pada jawaban sementara terhadap pemecahan masalah tersebut, karena itu ia hanya mampu berteori dan berhipotesis.
• Collection of Data as Avidance, yaitu merekam data untuk pembuktian. Tak cukup memecahkan masalah hanya dengan pengalaman atau dengan cara berteori menggunakan teori-teori, hukum-hukum yang ada. Permasalahan manusia dari waktu ke waktu telah berkembang dari sederhana menjadi sangat kompleks; kompleks gejala maupun penyebabnya. Karena itu pendekatan hipotesis dianggap tidak memadai, rasionalitas jawaban pada hipotesis mulai dipertanyakan. Masyarakat kemudian tidak puas dengan pengalaman-pengalaman orang lain, juga tidak puas dengan hukum-hukum dan teori-teori yang juga dibuat orang sebelumnya. Salah satu alternatif adalah membuktikan sendiri hipotesis yang dibuatnya itu. Ini berarti orang harus merekam data di lapangan dan mengujinya sendiri. Kemudian data-data itu dihubung-hubungkan satu dengan lainnya untuk menemukan kaitan satu sama lain, kegiatan ini disebut dengan analisis. Kegiatan analisis tersebut dilengkapi dengan kesimpulan yang mendukung atau menolak hipotesis, yaitu hipotesis yang dirumuskan tadi.
• Concluding Belief, yaitu membuat kesimpulan yang diyakini kebenarannya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya, maka dibuatlah sebuah kesimpulan, dimana kesimpulan itu diyakini mengandung kebenaran.
• General Value of The Conclusion, yaitu memformulasikan kesimpulan secara umum. Konstruksi dan isi kesimpulan pengujian hipotesis di atas, tidak saja berwujud teori, konsep dan metode yang hanya berlaku pada kasus tertentu – maksudnya kasus yang telah diuji hipotesisnya – tetapi juga kesimpulan dapat berlaku umum terhadap kasus yang lain di tempat lain dengan kemiripan-kemiripan tertentu dengan kasus yang telah dibuktikan tersebut untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Proses maupun hasil berpikir refleksi di atas, kemudian menjadi popular pada berbagai proses ilmiah atau proses ilmu pengetahuan. Kemudian, tahapan-tahapan dalam berpikir refleksi ini dipatuhi secara ketat dan menjadi persyaratan dalam menentukan bobot ilmiah dari proses tersebut. Apabila salah satu dari langkah-langkah itu dilupakan atau dengan sengaja diabaikan, maka sebesar itu pula nilai ilmiah telah dilupakan dalam proses berpikir ini.
Metode deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Contoh :
Sebuah sistem generalisasi.
Laptop adalah barang eletronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi, DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,
Generalisasi : semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.
Deduksi ialah proses pemikiran yang berpijak pada pengetahuan yang lebih umum untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus.
Bentuk standar dari penalaran deduktif adalah silogisme, yaitu proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi)
Bentuk silogisme
• Silogisme kategoris: terdiri dari proposisi-proposisi kategoris.
• Silogisme hipotesis: salah satu proposisinya berupa proposisi hipotesis.
Misalnya:
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2 : Sekarang hujan
Konklusi : Maka jalanan basah.
Bandingkan dengan jalan pikiran berikut:
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2 : Sekarang jalanan basah
Konklusi : Maka hujan.
Silogisme Standar
Silogisme kategoris standar = proses logis yang terdiri dari tiga proposisi kategoris.
Proposisi 1 dan 2 adalah premis
Proposisi 3 adalah konklusi
Contoh:
“Semua pahlawan adalah orang berjasa
Kartini adalah pahlawan
Jadi: Kartini adalah orang berjasa”.
Kesimpulan hanya dicapai dengan bantuan proposisi dua
Jumlah term-nya ada tiga, yakni: pahlawan, orang berjasa dan Kartini.
Masing-masing term digunakan dua kali.
Sebagai S, “Kartini” digunakan 2 kali (sekali di premis dan sekali di konklusi)
Sebagai P, “orang berjasa” digunakan 2 kali (sekali di premis dan sekali di konklusi)
Term “pahlawan”, terdapat 2 kali di premis, tapi tidak terdapat di konklusi.
Term ini disebut term tengah (M, singkatan dari terminus medius). Dengan bantuan term tengah inilah konklusi ditemukan (sedangkan term tengah sendiri hilang dalam konklusi).
Term predikat dalam kesimpulan disebut term mayor, maka premis yang mengandung term mayor disebut premis mayor (proposisi universal), yang diletakkan sebagai premis pertama.
Term subyek dalam kesimpulan disebut term minor, maka premis yang mengandung term minor disebut premis minor (proposisi partikular), yang diletakkan sebagai premis kedua.
Term mayor akan menjadi term predikat dalam kesimpulan; sedangkan term minor akan menjadi term subyek dalam kesimpulan
Dengan demikian, kesimpulan dalam sebuah silogisme adalah atau “S = P” atau “S ¹ P”. Kesimpulan itu merupakan hasil perbandingan premis mayor(yang mengandung P) dengan premis minor (yang mengandung S) dengan perantaraan term menengah (M).
Karena M = P; sedang S = M; maka S = P
Premis mayor M = P M = term antara
Premis minor S = M P = term mayor
Kesimpulan S = P S = term minor
Hukum-hukum Silogisme
a. Prinsip-prinsip Silogisme kategoris mengenai term:
1. Jumlah term tidak boleh kurang atau lebih dari tiga
2. Term menengah tidak boleh terdapat dalam kesimpulan
3. Term subyek dan term predikat dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas daripada dalam premis.
4. Luas term menengah sekurang-kurangnya satu kali universal.
b. Prinsip-prinsip silogisme kategoris mengenai proposisi.
1. Jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulan harus afirmatif juga.
2. Kedua premis tidak boleh sama-sama negatif.
3. Jika salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga (mengikuti proposisi yang paling lemah)
4. Salah satu premis harus universal, tidak boleh keduanya pertikular.
Bentuk Silogisme Menyimpang
Dalam praktek penalaran tidak semua silogisme menggunakan bentuk standar, bahkan lebih banyak menggunakan bentuk yang menyimpang. Bentuk penyimpangan ini ada bermacam-macam. Dalam logika, bentuk-bentuk menyimpang itu harus dikembalikan dalam bentuk standar.
Contoh:
“Mereka yang akan dipecat semuanya adalah orang yang bekerja tidak disiplin. Kamu kan bekerja penuh disiplin. Tak usah takut akan dipecat”.
Bentuk standar:
“Semua orang yang bekerja disiplin bukanlah orang yang akan dipecat.
Kamu adalah orang yang bekerja disiplin.
Kamu bukanlah orang yang akan dipecat”.